Jumat, 07 Juni 2013

susu murni berbahaya
NILATNYA MAU SEHAT MALAH JADI "sakit", bahaya nih legook lovers!

Check it out! >>>>>>>>>

Waspada 'Susu Murni' Anti-Basi

Kesadaran untuk hidup sehat sudah menjadi gaya hidup sebagian kalangan masyarakat di Tanah Air. Aktivitas itu dipercaya bisa meminimalkan kemungkinan terserang penyakit.

Selain itu, masyarakat juga mulai menyadari kebutuhan akan makanan dan minuman bergizi sebagai asupan tamb
ahan untuk menjaga kesehatan. Minum susu, misalnya. Minuman yang banyak mengandung vitamin dan protein ini, banyak penggemarnya baik anak-anak maupun orang dewasa. Susu seperti menjadi asupan wajib bagi mereka yang ingin sehat.

Segmen pasar yang luas mendorong usaha berjualan susu jadi primadona. Salah satunya susu murni yang tak pernah kehilangan pelanggan. Contoh gamblang yang dialami seorang penjual susu di wilayah Jawa Tengah. Warungnya sudah menyediakan susu murni sejak lima puluh tahun silam. Para pelanggannya punya alasan beragam seputar kegemaran mengkonsumsi susu murni.

"Selain menyehatkan, susu sangat berguna untuk menguatkan stamina," ujar Jarwo, salah seorang pelanggan.

Dengan harga cukup murah Rp 3.500 per gelas, susu murni siap dinikmati. Dalam sehari warung susu ini bisa menjual puluhan liter susu dalam berbagai rasa. Namun, jika susu yang dijualnya tak laku dan mulai basi ia mengaku susu itu tak dijualnya.

Untuk mengetahui kualitas susu murni terjamin kebersihan dan kesehatannya, Tim Sigi Liputan 6 SCTV mendatangi peternakan khusus sapi perah di daerah Gunung Pati. Di peternakan ini, Tim Sigi melihat sapi perah yang sehat. Sebelum diperah, sapi dibersihkan terlebih dulu agar terhindar dari bakteri yang merusak kualitas susu.

Karena sudah cukup kesohor, banyak pelanggan yang antre membeli susu murni segar sejak pagi, mulai dari yang cuma sebotol hingga yang puluhan liter.

Seorang pedagang keliling susu murni membeli sedikitnya 25 liter susu untuk diantarkan ke pelanggannya. Ia menjualnya seharga Rp 5 ribu perbotolnya. Menurutnya, selera tiap pelanggan berbeda, bahkan ada yang memesan susu murni tanpa diolah sama sekali.

Namun, animo besar konsumen ternyata diiringi juga ulah segelintir penjual susu nakal. Seorang informan membawa kabar tak sedap soal adanya pedagang susu segar keliling yang mencampurnya dengan bahan kimia. Berbekal kamera tersembunyi kami kejar informasi itu ke penjual yang dimaksud.

Kecurigaan atas penjual susu bermasalah ini mendorong Tim Sigi menyelidikinya lebih jauh. Dari hasil negosiasi dengan si penjual susu, tim bisa mengakses pendistribusian dan juga proses pembuatan. Saat matahari baru terit, tim menyambangi sang penjual susu untuk menyaksikan langsung proses penjualan susu.

Kesempatan kali ini, penjual hanya membawa lima belas bungkus susu sapi yang akan dilego. Harganya juga cukup bersahabat Rp 2.500 perbungkus. Bermodal sepeda motor, Ia menjajakan susu segar ke berbagai lokasi

Sang penjual susu kemudian masuk ke lingkungan perumahan. Ia pun beraksi menawarkan dagangannya. Rupanya sang pedagang pandai juga memainkan bahasa yang meyakinkan soal manfaat susu bagi tubuh. Kedatangannya seakan-akan sudah ditunggu meski belum menjelang sore. Susu segar pun ludes terjual menghasilkan puluhan ribu rupiah.

Sekilas tak ada yang janggal, tapi yang menggelitik adalah apa bahan dasar yang digunakan si pedagang meracik susu segarnya. Keesokan harinya, si pedagang mengajak berbelanja susu murni. Namun, arahnya berubah jadi ke pasar dan membeli kelapa yang sudah diparut. Tim terus mengikuti dengan kamera tersembunyi hingga akhirnya si pedagang susu singgah ke toko kimia. Ia membeli sekantong tawas yang biasa digunakan menjernihkan air.

Susu murni, kelapa parut dan juga sebungkus tawas sudah didapat, tinggal proses pengerjaannya. Bahan-bahan yang sudah dibeli dikumpulkan dan si penjual susu pun langsung mempraktikkan cara mengolah susu yang tadinya murni menjadi susu abal-abal karena dicampur dengan perasan santan dan tawas.

Perasan santan yang sudah ditiriskan kemudian dipanaskan di api kecil. Susu yang juga dipanaskan dan sudah diberi garam sebagai perasa dan tawas kemudian dicampur dengan perasan santan. Susu segar abal-abal pun siap dipasarkan. Metodenya sangat sederhana sekali tapi menguntungkan penjual.

Kisah si penjual susu abal-abal ini mungkin mirip dengan sejumlah wiraswasta lain. Nasib getir diberhendtikan atau di PHK dari tempatnya bekerja membuat ia memutuskan banting setir menjadi pedagang. Berdagang susu secara jujur di awal kisahnya berwiraswasta tak mendatangkan untung besar, jalan pintas pun dipilih.

Jalan pintas itu salah satunya dengan menformulasikan santan ke dalam susu. Setengah liter santan diramu dengan satu liter susu. Hasilnya tentu saja satu setengah kali lebih banyak, namun ini jelas-jelas menipu. Pelanggaran tak sampai disitu saja, bahayanya mencampur bahan kimia tawas ke dalam susu pun sebenarnya sangat disadarinya. Namun, karena si pedagang tak ingin berisiko rugi susunya basi, tawas pun nyemplung kedalam susu.

Kepala Farmamin Dinas Kesehatan Semarang, Fatulrohman menegaskan pihaknya sudah mengeluarkan pelarangan penggunaan tawas ke dalam susu murni. Selain melanggar hukum, aktivitas itu berbahaya bagi kesehatan. Menurutnya, penggunaan tawas bukan untuk makanan pada susu murni yang bertujuan mengawetkan. Hal itu bisa berisiko besar bagi kesehatan tubuh termasuk menimbulkan berbagai macam penyakit.

Larangan serupa juga diungkapkan Ahli Mutu & Keamanan Pangan, UNIKA Soegijapranata Semarang, Ita Sulistyawati. Menurutnya, campuran tawas dengan susu bisa menjadi racun arsenik yang mematikan.

Sementara itu, Dinas Pertanian mengaku telah memberikan pengawasan hingga sanksi guna menekan peredaran susu murni abal-abal. Namun sayang, tindakan konkrit yang tegas belum begitu nampak di permukaan. Pasalnya, kasus penjualan susu murni abal-abal masih saja terjadi, meskipun tindakan ini dilakukan oleh segelintir oknum penjual susu murni yang ingin untung besar namun mengorbankan konsumen.

Karena itu, pemerintah diminta segera menidak tegas pelakunya. MAsyarakat pun diminta waspada agar terhindar dari mengonsumsi susu abal-abal yang bisa merugikan kesehatan.(IAN/ADI)

Sumber:
http://news.liputan6.com/read/355977/waspada-susu-murni-anti-basi